Laman

Senin, 20 Desember 2010

BEBERAPA TULISAN DARI BEBERAPA SUMBER TENTANG FILSAFAT

REFERENSI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN
Oleh Anang Suprianto
http://anangsuprianto.blogspot.com/2009/11/filsafat-ilmu-pendidikan.html
Diunduh Senin, 20 Desember 2010 pukul 20.40 WIB
I. Ayat-ayat tentang ilmu.
Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan bukti-bukti mengenai hal keutamaan ilmu pengetahuan. Diantaranya.
1. Surat Ali ‘Imran Ayat 18
Artinya : “Allah sudah menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Dia sendiri, juga malaikat dan orang-orang yang berilmu pengetahuan menyaksikan yang sedemikian itu, bahkan Allah itu Maha Berdiri Sendiri dengan adil”.
2. Surat Mujadalah Ayat 11
Artinya : “Allah mengangkat orang-orang yang beriman dari golonganmu dan juga orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat”.
3. Surat Zumar Ayat 9
Artinya : Katakanlah : “Adakah sama orang-orang yang berilmu pengetahuan dan orang-orang yang tidak berilmu pengetahuan”.
4. Surat Fathir Ayat 28
Artinya : “Hanyasanya yang takut kepada Allah dari golongan hamba-hambaNya itu adalah orang-orang yang berilmu pengetahuan”
5. Surat Nisa’ Ayat 83
Artinya : “Andaikata mereka mengembalikan berita itu kepada Rasul, juga kepada orang-orang yang memegang pemerintahan, pastilah berita itu sudah dimengerti kenyataannya oleh orang-orang yang benar-benar meneliti hal yang sedemikian tadi dari golongan mereka itu sendiri”.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan keutamaan belajar itu, diantaranya ialah firman Allah Ta’ala.
6. Surat Taubat Ayat 112
Artinya : “Mengapa tidak ada sekelompok pun dari setiap golongan mereka itu yang berangkat untuk mencari pengertian dalam ilmu keagamaan”.
7. Surat Nahl Ayat 43
Artinya : Maka tanyalah para ahli ilmu pengetahuan, apabila kamu semua tidak mengerti”.
Ayat-ayat yang bersangkutan dengan keutamaan mengajar itu ialah firman Allah ‘azza wa jalla.
8. Surat Taubah Ayat 122
Artinya : “Hendaklah mereka itu memberi peringatan kepada kaumnya (setelah belajar ilmu keagamaan), yakni diwaktu mereka telah kembali ke tempat kaumnya tadi. Barangkali kaumnya itu menjadi hati-hati karenanya”.
9. Surat Al ‘Imran Ayat 187
Artinya : “Dan diwaktu Allah telah mengambil janji orang-orang yang diberi kitab suci, yaitu : Haruslah kamu semua menerang-nerangkan itu kepada seluruh manusia dan jangan kamu menyimpan-nyimpan isinya”.
10. Surat Baqarah Ayat 146
Artinya : “Ada sebagian golongan dari mereka yang menyembunyikan kebenaran, padahal mereka itu mengetahuinya”.

II. Definisi Filsafat
1. Plato (427 SM – 347 SM) seorang filosuf Yunani yang termasyur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan : Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 SM – 322 SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorikan, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
3. Marcus Tullius Cicero (106 SM – 43 SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan : Filsafat adalah pengetahuan tentag sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Al-Farabi (wafat 950 M), filosuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat sebenarnya.
5. Immanuel Kant (1724 – 1804 SM), yang sering disebut raksasa piker Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:
- Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
- Apakah yang boleh kita kerjakan? (dijawab oleh etika)
- Sampai dimanakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)
6. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar Psikologi UI, menyimpulkan : Filsafat adalah suatu ikhtisar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
7. Drs. H. Hasbullah Bakry merumuskan, Ilmu filsafat adalah ilmu yag menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
8. Konsep Prancis Bacon, filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.
9. Konsep John Dewey, sebagai tokoh pragmatism, berpendapat bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan ilmiah dan cita-cita politik yang baru dan tidak sejalan dengan wewenang yang diakui. Tegasnya filsafat sebagai suatu alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian di antara yang lama dan yang baru dalam suatu kebudayaan.
10. Konsep Rene Descartes, Filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.

III. Definisi Ilmu
1. Mohammad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam).
2. Harsojo, Guru Besar Antropologi, Universitas Pajajaran, definisi ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan ---Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris.Ilmu dapat diamati panca indera manusia --- Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan -suatu proposisi dalam bentuk: "jika,...maka..."
3. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.
4. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
5. Ashley Montagu, Guru Besar Antropolog di Rutgers University menyimpilkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
6. Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan penalaran praktis.
7. Prof. Dr. C.A. Van Peursen, mengatakan definisi ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.


DAFTAR PUSTAKA
Alghazali, Ihya Ulumuddin Imam. 1994. Bimbingan untuk Mencapai Tingkat Mu’min. Bandung: Penerbit CV Diponegoro.
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Penerbit Raja Grasindo Persada.
Syadali, Ahmad dan Mudzakir. 1997. Filsafat Ilmu. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.




KAJIAN FILSAFAT
Wa maa yattabi u aktsaruhum illaa zhonnaa
Oleh: Abu Fatih
http://members.tripod.com/abu_fatih/Filsafatzhon.html
Diunduh Senin, 20 Desember 2010 pukul 20.48 WIB

Date: Fri, 14 Aug 1998 23:39:23 -0400
From: Abu Al Fatih
To:
Subject: [is-lam] Kajian Filsafat ; Wa maa yattabi'u aktsaruhum illaa zhonnaa

Assalamu 'alaikum wr.wb.

Mengamati beberapa posting seputar "Liberal Discussion" beberapa hari ini (yang dipicu oleh "kehadiran" teman kita Mas Setya dll.), membuat saya tertarik untuk membuka kembali sebagian memory masa lalu saya (rupanya di tengah semaraknya diskurus seputar Reformasi, pendirian Partai Politik, dan Sembako Oentoek Semoea (SOS) saat ini, "minat" kita terhadap kajian filsafat ini masih "ada-ada saja").

Salah satu "memory" itu adalah berupa tulisan salah seorang cendekiawan muslim Indonesia, yakni Bapak Endang Saifuddin Anshari (waktu itu kami memanggilnya dengan panggilan "ama". saya belum tahu bagaimana khabar tentang beliau saat ini) dalam bukunya "Wawasan Islam" itu (buku di tangan saya adalah cetakan "lama", tahun 1982, dan referensinya "ama" juga buku-buku terbitan tahun 1970-an ke bawah, di mana sebagian kita-kita mungkin ada yang belum lahir saat itu, dan buku-buku referensi "ama" itu mungkin juga sulit ditemui saat ini).

Di bawah ini saya salin bulat-bulat (tanpa editing dan tanpa komentar apa-apa) tulisan beliau di bukunya yang cukup monumental itu (minimal "monumental" bagi saya. Sebab, buku ini termasuk salah satu buku yang telah turut serta membentuk "sistematika berpikir" saya selama ini. Meski saya, sebagaimana setiap manusia "normal" lainnya, tentunya telah mengalami proses "evolusi" dan "revolusi" dalam perjalanan hidup selanjutnya. Dalam arti, saya pun - sebagaimana dikehendaki oleh "ama" sendiri - tentu saja sangat boleh berbeda pendapat dengan beliau, apalagi bila hujjah (untuk berbeda) itu didasari oleh "referensi yang sebanding")

Wallahu a'lam.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ilmu Filsafat dan Agama
Oleh Endang Saifuddin Anshari
Salinan dari buku "Wawasan Islam ; Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam dan Um
matnya" Cetakan III tahun 1402 H - 1982 M, Penerbit PUSTAKA Salman ITB, hala
man 101-107

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Pengetahuan (= Pengetahuan biasa) ialah pri-keadaan tahu yang kurang amat sadar dengan bersumberkan:
a. Yang langsung : dari pengalamannya sendiri, yaitu persentuhan indra seseorang dengan obyek yang diketahui;
b. Yang tidak langsung : dari pengalaman orang lain, yang kemudian diolahnya lebih lanjut (lihat I.R.Pudjawijatna, "Pembimbing ke arah Alam Filsafat", Jakarta, 1963, h.4-5)

2. 2.1. Ilmu atau Ilmu Pengetahuan (dalam arti positif, lihat T.S.G. Mulia dan K.H.Hidding, "Ensiklopedia Indonesia", artikel : Filsafat) ialah pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang mempunyai sistem dan metode tertentu (lihat definisi sistem dan metode ini dalam buku I.R.Pudjawijatna, ibid, h.5), yang dengan sangat sadar menuntut kebenaran
2.2. Ilmu Pengetahuan ialah sekalian kegiatan yang progressif, yang dilakukan orang menurut metode tertentu, dengan maksud hendak mencapai keterangan yang lengkap tentang alam semesta dan yang melukiskan lapangan yang seluas-luasnya dengan kata-kata yang sedikit-dikitnya (definisi menurut Karl Pearson, lihat Soedewo P.K., "Islam dan Ilmu Pengetahuan", Jakarta, tanpa tahun, h.6)
2.3. Ilmu Pengetahuan adalah hasil usaha manusia dengan kekuatan akal budinya untuk memahami :
(1) Kenyataan alam semesta
(2) Struktur alam semesta
(3) Hukum yang berlaku dalam alam semesta
kemudian dengan metode tertentu maka pemahamannya termaksud di-sistema-kan.

3. Ilmu Pengetahuan (science, wetenchap, wissenchaft) pada garis besarnya terbagi atas tiga bagian besar :
(a) ilmu-ilmu kealaman (Natural Sciences): (1) Kimia, (2) Fisika, (3) Matematika, (4) Biologi, (5) Antropologi, (6) Geologi, (7) Astronomi dan lain sebagainya.
(b) ilmu-ilmu kemasyarakatan (Social Sciences) : (1) Sosiologi, (2) Antropologi Budaya / Sosial, (3) Psikologi Sosial, (4) Ilmu Bumi Sosial, (5) Ilmu Hukum, (6) Ilmu Sejarah, (7) Ilmu Ekonomi, (8) Ilmu Publisistik-Jurnalistik, dan lain sebagainya
© ilmu-ilmu kemanusiaan (Humaniora, Humanistis Studies) : (1) Ilmu Jiwa Umum, (2) Ilmu Filsafat, (3) Ilmu Agama, (4) Ilmu Bahasa, (5) Ilmu Kesenian dan lain sebagainya

4. Filsafat merupakan "ilmu istimewa" yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu-pengetahuan biasa, karena masalah termaksud terdapat di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Adapun cabang-cabangnya adalah sebagai berikut :
4.1.Metafisika, filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, tentang hakikat yang ada yang bersifat transenden, di luar atau di atas kemampuan pengalaman manusia
4.2. Logika, filsafat tentang fikiran yang benar dan yang salah
4.3. Etika, filsafat tentang tingkah-laku yang baik dan buruk
4.4. Estetika, filsafat tentang karya (kreasi) yang indah dan yang jelek
4.5. Epistemologi, filsafat tentang ilmu pengetahuan
4.6. Filsafat-filsafat khusus lainnya (seperti : Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah, Filsafat Alam, Filsafat Agama dan lain sebagainya).

5. Tujuan (target yang mau dicapai oleh) Ilmu Pengetahuan, Filsafat, dan Agama adalah sama, yaitu : Kebenaran. Perbedaan antara Ilmu Pengetahuan, Filsafat dan Agama terletak pada "dasar" dan "metode" menghampiri / menemukan kebenaran tersebut :
5.1. Ilmu Pengetahuan positif menghampiri kebenaran dengan akalbudi, dengan landasan empiri, eksperimen dan research.
5.2. Filsafat menghampiri kebenaran dengan mengembarakan (mengelanakan atau menualangkan) akalbudi dengan secara radikal dan secara integral, dengan tidak mau terikat oleh apapun juga kecual oleh "tangannya" sendiri yaitu ; logika.
5.3. Agama menghampiri kebenaran dengan ber-orientasi kepada Kitab Suci, Wahyu Ilahi, Firman Tuhan, untuk manusia dalam planet bumi ini.

6. Kebenaran Ilmu Pengetahuan dan kebenaran Filsafat adalah kebenaran nisbi (relatif), karena sekedar berdasarkan ra'yu (ratio, reason, nous, rede, verstand, versnunft, akalbudi) manusia; sedangkan manusia adalah suatu "institut" atau "instansi" yang tidak sempurna (berkata Albert Einstein "Realization that our whole knowledge of the universe is merely the residue of impression, clouded by our imperfect senses, makes the quest of reality seen hopeless", lihat buku Lincoln Barnett, "The Universe and Dr.Einstein", New York, 1956). Kebenaran Agama adalah kebenaran mutlak (absolut) dan sempurna, karena agama berdasarkan wahyu yang diturunkan oleh Dzat Yang Maha Benar, Maha Mutlak dan Maha Sempurna, yaitu Allah SWT. (lihat J.W.N. Sullivan, "The Limitation of Science", New York, 1959, "Science is pursued not only because of practical use, but also because it leads to highest consciousness, and that's the cosmological religious experience". Juga lihat Al Qur'an Surat Yunus / Surat ke 10 Ayat ke 36 "Wa maa yattabi'u aktsaruhum illaa zhonnaa. Innazh-zhonna laa yughnii minal-haqqi syai-an. Innallaaha 'Aliimun bimaa taf'aluun" Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu sedikitpun tidak berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan"

7. Dengan kekuatan akalbudi (Ilmu Pengetahuan dan Filsafat) nya, manusia "naik" menghampiri dan memetik kebenaran yang dapat dijangkau oleh kapasitas akalbudinya yang terbatas itu. Di samping itu, karena Rahman dan Rahim-Nya, maka Allah berkenan "menurunkan" wahyu-Nya dari "atas" kepada ummat manusia di atas planet bumi ini agar mereka mencapai dan menemukan kebenaran asasi dan hakiki, yang tidak dapat dicapai dan ditemukan hanya sekedar oleh kekuatan akalbudinya melulu. Allah telah menganugerahi manusia : (1) alam, (2) akalbudi, dan (3) wahyu. Dengan akalbudi nya manusia lebih dapat memahami ayat-ayat Tuhan, baik ayat Qur'aniyah, mapun ayat Kauniyah (lihat buku Endang Saifuddin Anshari, "Wawasan Islam - Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam dan Ummatnya", di bawah bab "30 Pandangan Sarwa Islami : Tuhan, Alam dan Manusia"), untuk kebahagiaan mereka yang hakiki.

8. Mustahil-lah terdapat pertentangan antara Agama Islam pada satu fihak dengan ilmu-pengetahuan (dan filsafat) "yang benar" pada fihak lainnya. Sebab ilmu pengetahuan (dan filsafat) "yang benar" tiada lain adalah usaha manusia dengan kekuatan akalbudi nya yang relatif berhasil dalam memahami kenyataan alam, susunan alam dan hukum yang berlaku di alam. Sementara itu Al-Qur'an tidaklah lain adalah : pembukuan segenap alam semesta ini dalam Al Kitab. Baik alam semesta maupun Al Qur'an, kedua-duanya adalah ayat-ayat Allah SWT, yang satu dengan lainnya saling menafsirkan. Perbedaan (dan bukan "pertentangan") formulasi antara Agama pada satu pihak dan ilmu pengetahuan (dan filsafat) pada lain pihak tentang persoalan tertentu adalah mungkin saja. Perbedaan formulasi antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya pun adalah lazim dalam dunia ilmu pengetahuan. Bahkan formulasi antara antropologi (fisik) pada satu pihak dan antropolgi (budaya) pada pihak lainnya mengenai perbedaan manusia dan hewan umpamanya, adalah mungkin saja berbeda.

9. Agama Islam mendorong dan mewajibkan manusia untuk menggunakan ra'yu nya di dalam menghampiri kebenaran (lihat Al Qur'an Surat 2 : 269 / 3 : 7-8 / 18 : 17 / 36 : 107 / 20 : 114 / 35 : 19-20 & 28 / 39 : 9 / 58 : 11 / 96 : 1-5 / 16 : 43 / 2 : 146 )

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Daftar Kepustakaan
1. Syaikh Muhammad Abduh, "Islam dan Kristen tentang Ilmu dan Peradaban", Bandung, 1970
2. Abu Hanifah, "Rintisan Filsafat, I", Jakarta, 1950
3. Maulana Abul Kalam Azad, "Introduction: The Meaning of Philosophy" dalam Sarvepalli Radhakrishnan "History of Philosophy: Eastern and Western", Vol I. London, 1952
4. E.N.S.I.E, "Filsafat Systimatik", Jogyakarta, 1959
5. N. Drijarkara S.J., "Kumpulan Karangan", tanpa tahun, tanpa tempat
6. N. Drijarkara S.N. "Filsafat Manusia", Jogyakarta, 1969
7. A.C. Ewing, "The Fundamental Question of Philosophy", New York, 1962
8. Fuad Hasan,"Tjatatan-Tjatatan Prihal Kedudukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi", Budaya Djaja, 24 Mei 1970, p.261-270
9. Hasbullah Bakry, "Systematika Filsafat", Solo, 1964
10. Hasjim Soedarbo dkk, "Ilmu dan Agama", IKIP Bandung, 1970
11. Harsojo, "Apakah Ilmu itu dan Ilmu Gabungan tentang Laku Manusia" Bandung, 1972
12. Mohammad Hatta, "Pengantar ke Djalan Ilmu dan Pengetahuan", Jakarta, 1960
13. Richard H.Cs. Hopkin, "Philosophy Made Simple", 5th Printing, New York City, 1958
14. C.E.M. Joad, "Philosophy: Teach Yourself Book", London, 1960
15. Louis O. Kattsoff, "Unsur-Unsur Filsafat", Jogyakarta, 1969
16. D.C. Mulder, "Iman dan Ilmu Pengetahuan", cetakan 3, Jakarta, 1961
17. D.C. Mulder, "Ilmu Filsafat", Jakarta, 1960
18. D.C. Mulder, "Pembimbing ke dalam Ilmu Filsafat", Jakarta, 1966
19. Ashley Montague, "The Cultured Man", New York, 1958
20. M.Natsir, "Islam dan Akal Merdeka", Jakarta, 1970
21. G.T.W. Partck, "Introduction to Philosophy", London, 1958
22. Dagobert D. Runes, "Dictionery of Philosophy" 15th edition, New Jersey, 1962
23. I.R. Pudjawijatna, "Tahu dan Pengetahuan : Pengantar ke Ilmu dan Filsafat" 1970
24. I.R. Pudjawijatna, "Logika: Filsafat Berpikir", Jakarta, 1969
25. I.R. Pudjawijatna, "Etika: Filsafat Tingkah Laku", Jakarta, 1968
26. I.R. Pudjawijatna, "Pertemuan Antar Manusia menemukan Ketuhanan Yang Maha Esa", Jakarta, 1966
27. H.M. Rasjidi, "Filsafat dan Agama', Jakarta, 1970
28. John & Buhler Justus Randall Jr., "Philosophy: An Introduction", New York, 1962
29. S. Radhakrishnan, "Concluding Survey: Science and Philosophy", History of Philosophy: Eastern and Western, Vol.II, London, 1952
30. Abdul Razzak Naufal, "Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern", terjemahan A.Hasjmi, Singapura, 1972
31. Achmad Rustandi, "Ilmu, Filsafat dan Agama", Bandung, 1969
32. Sjafruddin Prawiranegara, "Isra dan Mi'raj ditinjau dari Segi Falsafah, Psichologi dan Ilmu Pengetahuan", Jakarta, 1957
33. Soedewo P.K., "Islam dan Ilmu Pengetahuan", Jakarta, tanpa tahun
34. Winarno Surachmad, "Pengantar Penyelidikan Ilmiah: Dasar dan Methode", Bandung, 1965
35. Sutrisno Hadi, "Metodologi Research", Jilid I, cetakan 24, Jogyakarta, 1971
36. Tan Malaka, "Pandangan Hidup: Weltanschauung", Jakarta, tanpa tahun
37. Tini Gantini, "Metodologi Research", Edisi ke-2, Bandung
38. Thomas Aquinas, "My Way of Life: The Summa Simplified for Everyone"; by Walter Farell O.P, STM dan Martin J.Healy STD, New York 1952
39. Harold H.Titus, "Living Issues in Philosophy", New York, 1959
40. M.M. Manzhur Qadri, "Islam and Science", Lahore
41. K.J. Wassil, "Perkembangan Ilmu Pengetahuan sejak diturunkannya Al Qur’an", Al-Djami'ah, No.3, tahun 1970, Jogyakarta.


Demikianlah. Semoga bermanfaat.

Wassalam

Abu Al Fatih

From: Abu Al Fatih
To: dwi atmojo
Cc: is-lam@isnet.org
Subject: Re: [is-lam] Kajian Filsafat ; Wa maa yattabi'u aktsaruhum illaa zhonnaa
Date: 18 Agustus 1998 10:44


Dari Dwi Atmodjo :
> > Assalamu 'alaikum wr.wb.
>
> Wa'alaikum salam...:-)
>
> > ...
> >
> > Ilmu Filsafat dan Agama
> > Oleh Endang Saifuddin Anshari
> > Salinan dari buku "Wawasan Islam ; Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam
> dan Ummatnya" Cetakan III tahun 1402 H - 1982 M, Penerbit PUSTAKA
> Salman ITB, halaman 101-107
>
> Saya belum pernah baca buku ini, Jazakallahu atas salinannya pak Abu.
>
> Dari yang di tuliskan di atas saya menangkap bahwa agama dan ilmu
> pengetahuan dari definisinya dicoba untuk dipisahkan. Sejauh bacaan
> saya model pendekatan begini tidak disepakati oleh beberapa orang,
> Hidajaat nataatmadja untuk menyebut salah satunya. Pendekatan tersebut
> terkena bias paradigma pengetahuan barat modern.
>
> Lebih dari 800 th yang lalu Al-Ghazali di dalam Al Munqidz minadzlalal
> (benar nggak tulisannya?) telah menyusun hierarkis pengetahuan. Ilmu
> bertingkat menurut urutan ilmul yaqin, ainul yaqin, dan Haqqul yaqin.
>
> Filsafat menurut definisi Suhrawardi adalah pengetahuan akhir melalui
> kehadiran dari keberadaan yang langsung diberikan Allah kepada hamba
> pilihanNya.
> Dengan pemahaman ini Suhrawardi di Barat dijuluki sebagai penggagas
> alairan illuminasi. Di reduksionis lagi :-)
>
> > .....
> > 38. Thomas Aquinas, "My Way of Life: The Summa Simplified for
> Everyone" by Walter Farell O.P, STM dan Martin J.Healy STD, New York
> 1952
>
> Dari literatur yang di cantumkan, yang saya tahu kelihatannya hanya
> Thomas Aquinas ini yang mendukung gagasan Suhrawardi di atas. Yang
> lainnya mungkin (karena hampir semua saya belum baca :-)) tidak
> mempertimbangkan pendekatan filosof-filosof muslim awal sebelum
> renaisance.
>
> > Demikianlah. Semoga bermanfaat.
> >
> > Wassalam
> >
> > Abu Al Fatih
>
> Wassalam juga, Salam kenal Pak Abu
>
> Dwi Atmojo.

Assalamu 'alaikum wr.wb.

Pak Dwi Atmojo,
to tell you the truth ... saya tidak expert di bidang filsafat ini.
Di satu masa dalam kehidupan saya, memang saya pernah tertarik pada "serba serbi filsafat" ini. Di antara "guru" saya dalam masalah filsafat ini adalah Bapak Ahmad Tafsir, dulu beliau adalah Dosen (& Dekan Fakultas Ushuluddin ?) di IAIN Syarif Hidayatullah Bandung (meski beliau mungkin tidak pernah menganggap saya ini sebagai muridnya, tapi saya pernah memperoleh sedikit "pencerahan" di dalam memahami "serba serbi filsafat" ini).

Adapun dalam perjalanan selanjutnya,
saya lebih cenderung menyimpulkan bahwa kajian filsafat ini lebih banyak masuk ke dalam kategori ayat 36 surat ke 10 / Yunus" itu (= wa maa yattabi'u aktsaruhum illaa zhonnaa ...).

Maksud saya,
"perjalanan" di dunia filsafat itu terkadang memang "mengasyikkan". Tapi pada kelanjutannya, probabilita untuk "nyasar dari kebenaran" dan "berputar-putar tak tentu arah" serta "terhijab dari realita dan fitrah insani" juga cukup besar. Dan "besarnya probabilita" ini bagi saya telah mengalahkan "keasyikan" itu sendiri.
Lalu konklusinya ... ?
Ya itulah, saya menjadi tidak expert di bidang filsafat ini (mungkin ada teman-teman yang lain bisa mengomentari respon Pak Dwi tentang klasifikasi dan definisi Hidajaat nataatmadja, Imam Al Ghozali, Suhrawardi dll. itu).
Kalau pun saya mengutip tulisan almarhum Ama ini (ternyata beliau sudah meninggal dunia, inna lillaah wa inna ilaihi roji'un, sebagai salah seorang murid beliau, sungguh keterlaluan saya sampai tidak mengetahuinya), maka itu dikarenakan saya melihat tulisan itu cukup representatif dan "sederhana" untuk menjembatani mereka yang alergi pada pemikiran filsafat dengan mereka yang sedang "puber filsafat" (agar dapat "saling memahami" posisi masing-masing).
Demikianlah Pak Dwi.
Wassalam
Abu Al Fatih


Agama dan filsafat
Oleh:
http://parapemikir.com/agama-dan-filsafat.html
Diunduh Senin, 20 Desember 2012 pukul 21.01 WIB

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa telah terjadi hujatan dan penentangan yang begitu keras dan sekaligus membabi buta dari beberapa kalangan mengenai kehadiran filsafat ke dalam kajian/wilayah agama. Mereka mengatakan filsafat sangat bertentangan dengan ajaran agama, khususnyaagama Islam.

filsafat dan agama
Apakah betul bahwa filsafat sangat bertentangan dengan agama?
Mengutip apa yang dikatakan oleh Al-Kindi, bahwafilsafat dan agama sesungguhnya adalah sama-sama berbicara dan mencari kebenaran, dan karenapengetahuan tentang kebenaran itu meliputi jugapengetahuan tentang Tuhan, tentang keesaan-Nya, tentang apa yang baik dan berguna, maka barang siapa saja yang menolak untuk mencari kebenaran dengan alasan bahwa pencarian seperti itu adalah kafir, maka sesungguhnya yang mengatakan kafir tersebutlah yang sebenarnya kafir.
Diantara filsuf muslim yang paling peduli untuk menjawab perihal hubunganfilsafat dengan agama ini adalah Ibn Rusyd. Ibn Rusyd bahkan menulis sebuah karya khusus untuk menjelaskan bagaimana sesungguhnya dan seharusnya hubungan antara filsafat dan agama. Menurut Ibn Rusyd, antara filsafat danagama sesungguhnya tidak ada pertentangan. Agama alih-alih melarang, bahkan justru mewajibkan pemeluknya untuk belajar filsafat.
Jika filsafat mempelajari secara kritis tentang segala wujud yang ada dan merenungkannya sebagai petunjuk ‘dalil’ adanya sang pencipta dari satu sisi dan syari’ah pada sisi yang lain telah memerintahkan untuk merenungkan segala wujud yang ada, maka sesungguhnya antara apa yang dikaji oleh filsafat dan apa yang dianjurkan oleh syari’ah telah saling bertemu. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa mempelajari filsafat sesungguhnya telah diwajibkan oleh syari’ah.
Penekanan al’quran didalam surat 59 ayat 2 yang berbunyi : “Fa’tabiru ya uli al abshar” (Renungkanlah olehmu, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan (visi)) sesungguhya lebih kepada penekanan pentingnya untuk menggunakan akal, atau gabungan antara penalaran intelektual (filsafat) danpenalaran hukum (syari’at).
Demikian juga surat 185 ayat 7 yang mengatakan :
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah”
Juga adalah ayat yang menganjurkan supaya manusia menggunakan akal dan penalarannya untuk mempelajari totalitas wujud. Dengan demikian maka sesungguhnya syari’at telah mewajibkan kepada kita untuk menggali pengetahuan tentang alam semesta ini dengan penalaran. Namun demikian, untuk bisa melakukan penalaran yang benar maka disyaratkan seseorang itu harus mengetahui terlebih dahulu beberapa metode atau cara berpikiran yanglogis dengan mempelajari ilmu logika supaya bisa melakukan pembuktian yang demonstratif.
Ibn Rusyd kemudian membandingkan kewajiban mempelajari ilmu logika sebagaialat untuk berfilsafat dengan kewajiban yang ditetapkan oleh para fuqaha untuk mempelajari katagori-kategori hukum yang termuat dalam ushul al-fiqh.
Ibn Rusyd menyatakan jika para fuqaha menyimpulkan kewajiban untuk memperoleh pengetahuan tentang penalaran hukum dari ayat “fa’tabiru ya uli al abshar”, maka alangkah lebih pantas jika ayat tersebut dijadikan sebagai dalil wajibnya untuk mempelajari pengetahuan rasional (rasional reasoning) bagi mereka yang ingin mengetahui Tuhan dan ciptaan-Nya.
Bagi mereka yang tetap ngotot mengatakan bahwa belajar filsafat tersebut adalah bid’ah, Ibn Rusyd mengatakan, “anggaplah filsafat itu bid’ah karena tidak terdapat dikalangan orang-orang Islam pertama (salaf). Tetapi apakah hal serupa tidak berlaku juga bagi studi penalaran hukum (ushul al-fiqh) yang tercipta juga setelah periode salaf.
Bagaimana mungkin jika yang satu dikatakan tidak bid’ah tetapi yang lainnya dikatakan bid’ah padahal keduanya membicarakan penalaran hukum danpenalaran rasional yang sama-sama diciptakan setelah periode salaf.


Tidak ada komentar: