Laman

Rabu, 08 Juni 2011

MIS KAUMAN; SKETSA KISAHKU.


Sumber: miskauman.blogspot.com

1.          Usiaku 6 tahun saat aku pertama kali duduk di kelas 1 MIS Kauman. Kawanku yang aku kenal pertama adalah Kris, anak Kepatihan. Tak banyak cerita tentang dia karena sayang dia tak sampai lulus dari MIS Kauman karena pindah sekolah. Selain Kris, ada Tohari yang terbawa kebiasaan di TK hingga kelas 1 yaitu selalu ditunggui ibunya dari awal pelajaran hingga akhir pelajaran, dan itu selalu menjadi bahan ejekanku saat dia mulai meyakitiku. Maaf ya Toh!
Sumber: miskauman.blogspot.com
2.       Pak Yen, Guru Matematikaku. Aku sebenarnya tidak bisa dan tidak suka Matematika. Tapi karena Pak Yen mengajarkannya dengan baik dan tidak marah bila aku tidak bisa, ya aku senang ikut pelajaran ini meski tetap nilaiku jelek. Hehehe… Satu lagi, saat aku mau dikhitan. Biasanya kan mengundang kawan-kawan untuk “nyumbang” dengan memberikan 2 permen ke kawan sebagai tanda undangan. Saat duduk mengerjakan tugas Matematika, aku ditanya beliau “Siapa saja yang diundang, Jib?” Pak Yen bertanya dalam bahasa Jawa ngoko. Aku yang saat itu masih belajar bahasa krama alus berpikir agak lama mencari kosakata bahasa krama alus dari kata kanca.. “Eemmm …. Emmmm nika Pak Yen,..temen-temen,” Jawabku dengan lirih karena ragu akan kebenaran kata yang aku maksud. Aku menyesal kenapa yang keluar kata temen-temen. Namun setelah itu aku mulai belajar secara serius bahasa ibu, bahasa Jawa.
3.          Pak Chalimi. Kiai yang sangat santun. Beliau juga cerdas. Yang paling ku ingat wejangan beliau ke aku dan kawan-kawan, tulisan itu tidak perlu bagus tapi “cetho” (jelas mudah dibaca). Karena menurut beliau, tulisan yang cetho, mudah untuk dibaca dan lebih membuat semangat dalam belajar.
4.    Ibu Mariyah datang dan saat di pintu gerbang MIS Kauman. Aku dan kawan-kawanku langsung menyalami dan mencium tangan beliau. Rutin tiap pagi khusus kelas 1 dan 2. Ramah dan murah senyum di wajah cantiknya.
5.      Ibu Umi Hawa. Guruku yang cantik. Idola para murid. Apalagi saat study tour ke Jogjakarta, beliau mengenakan kacamata hitam. Serasa artis papan atas Indonesia. ramah dan lembut.
6.        Ibu Ruroh. Guruku kelas 1. Tegas dan berwibawa. Mendidik dengan kedisiplinan penuh kasih sayang. Ibu Ruroh telah berhasil mengenalkanku dan kawan-kawan Ini Budi. Ini Ayah. Ini Ayah Budi.
7.      Ibu Dahlia. Ibu Guru yang cantik. Mengajariku di mushola saat latihan menyanyi untuk Pesta Siaga. Senang melihat wajah beliau yang murah senyum. Sabar dan telaten mengajariku dan kawan-kawan.
Sumber: miskauman.blogspot.com
8.          Pak Dabasi. Kalau dengan kawan-kawanku galak. Tapi entah mengapa dengan aku kok tidak. Baru aku tahu setelah Madrasah Aliyah bahwa beliau adalah sahabat baik bapakku. Pantesan beliau tidak galak padaku. Tapi aku takut juga saat di kelas beliau memarahi kami. Namun beliau bisa melucu juga. Saat beliau menjadi Pembina Upacara, dengan nada santai mengatakan, “Nama saya Dabasi. Singkatan dari D: Dari, A: Awal, B: Berusaha, A: Akan, S: Selalu, I: Iman.” Seluruh peserta upacara tertawa. Memang beliau selalu berusaha beriman.
9.           Pak Arifin, santun dalan mendidik kami. Penuh dengan keramah tamahan. Saat ku maju untuk menghafal salah satu surat di juz ‘amma, aku belum sepenuhnya hafal. Entah disengaja atau tidak, tapi ku yakin disengaja dengan “membantuku” membiarkan juz ‘amma terbuka tepat di surat untuk hafalan. Gerakan tangan beliau menunjukkan itu, sedikit menggeser juz ‘amma agar terbaca jelas olehku.
10.    Pak Yus, menciptakan lagu yang sepenggal syairnya berbunyi, MIS Kauman… MIS Kauman…. Sekolah yang ku cinta… Mendidik kita semua…. Senang sekali hatiku saat beliau memuji prestasiku dalam bahasa Arab dengan nilai yang sangan baik.
11.       Khadijah, barangkali wajah kawanku yang satu ini aku merasa dia itu cantik, cintakah diriku dengannya? Ku rasa bukan cinta tapi rasa suka karena barangkali hormon laki-lakiku mulai muncul. Hanya suka saja. Wajar, karena pengaruh hormon baligh. Saat itu masih kelas 5, karena dia pindahan dari entah dari sekolah mana. Dia anak penjual sate di pasar. Masih kuingat dia membagikan messe ceres. Aku tidak terlalu tahu nama pasti makanan itu, tapi yang jelas coklat kecil yang banyak jumlahnya dan dia bagi-bagikan dengan wajah yang amboy…manisnya.  
Sumber: miskauman.blogspot.com
12.  Faeshol, kawanku yang pintar. Anak kepala MIS Kauman. Kalau dia ranking 2 aku nomer 3. Matematikanya jago. Ramah walaupun kurang senyum barangkali. Hehehe… Pernah aku belajar bersama ke rumahnya. Hanya satu tujuanku, minta jawaban dari PR Matematikaku. Sekali lagi, bukan minta diberitahu cara mengerjakan soal Matematika, tetapi minta jawaban dari soal Matematika. Kurang suka aku dengan Matematika saat itu. Sekarang, menyesal karena dulu tidak serius belajar Matematika.
13.       Mukhasanah yang biasa dipanggil Imu. Di papan tulis tertulis Mujib dan Imu hasil kerjaan kawanku yang iseng. Apa maksudnya? Ketika aku meminjam penggaris ke Imu, kawan-kawan langsung sorak-sorai…sweet..sweet…. Aku mesem, Imu cemberut. Nasib!
14.     Ema sang jenius. Lantang suaranya. Pintar orangnya. Selalu ranking 1. di kelasnya. Untung saja dia di kelas lain bersama Faeshol. Sehingga aku ranking 1 di kelasku. Saat satu kelas dengannya, selalu aku di bawah Ema dan Faeshol. Tapi sayang, Ema gagal nomor 1 di Ebtanas. Nomor satunya dikudeta Faeshol. Ema di belakangku nomor 3 karena aku nomor 2.
Koleksi Pribadi
15.     Saat kelas 2, kami satu kelas harus berbaris dulu 3-3 ke belakang di dekat pintu kelas. Kemudian secara tertib masuk sesuai barisan. Barisan depan masuk dulu disusul barisan belakangnya. Harus disiapkan dulu oleh ketua regu yang ditunjuk secara bergilir. Tibalah giliranku menjadi ketua regu. Aku menyiapkan, “Siap Graaaakkkkk….!!!!” Geerrrrrrr…kawan-kawan tertawa. Ada apa ini? Aku bertanya dalam hati. “Setengah lencang kanan Graaaakkkkk….!!!!” Geerrrrrrr…kawan-kawan tertawa lagi. “Tegak Graaaakkkkk….!!!!” Lagi-lagi Geerrrrrrr…kawan-kawan tertawa. Penasaran di kelas aku bertanya ke kawan-kawan, ada apa kok tertawa? Kata mereka, aku saat menyiapkan tadi, tepat di kata Graaaakkkkk….!!!! diiringi dengan gerakan mengangkat bahu. Dan itu berulang hingga 3 kali. Padahal tahukah kawan, bahwa hal itu tanpa aku sadari. Tapi sudahlah, aku malu tapi senang, ternyata aku bisa melucu di depan kawan-kawan.
Wa ba’du. Kepada Guru-guruku di MIS Kauman Rahimakumullah, aku ucapkan terimakasih atas kesabaran Panjenengan sedaya dalam mendidik aku dan kawan-kawan. Banyak kisah yang tidak tertulis di sini. Tak bisa aku balas jasa Panjenengan sedaya. Jazaa kumullah ahsanal jaza’. Maafkan atas kesalahanku kepada Panjenengan sedaya. Dan kawan-kawanku, terimakasih atas persahabatan yang terjalin. Aku yang lucu, pemalu, tidak bodoh, sering ngeyel, dan walaupun culun dengan posisi celana pendek naik ke atas, telah kalian terima aku dengan baik. Maaf ya bila ada salah kata, ucap, dan perbuatanku ke kalian. Ihik..ihik..ihik…Kawan, aku sedang mencoba menangis, bukan tertawa.… Tolong jangan tertawa! Wassalam.

Tidak ada komentar: