Laman

Minggu, 09 Agustus 2015

Kekhususan yang "Keliru" dan Kemiskinan yang "Nelangsa"

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJTDBWlaJq7OS9jZwj3O_Mx39fVpI29g-s71u6YqMTUjOgjqT9zsyB-QE8z_qc2ZP7YSJT7k97qiBnu2XhXH6S-Q1ivIb-Z8mkPBp76HWxDVcQBfKdLWj09UY1F_o3jbjzJZbSkpLJaRZc/s1600/refleksi-diri.jpg
Sumber Gambar: http://secarikdansecangkir.blogspot.com/2014/09/wajah-pertanian-dan-refleksi-diri.html

Dalam beberapa hari ini aku berpikir dan merasa:
1. Ada yang salah dengan diriku ini. Bukan karena kekhususan diriku tapi karena keumuman mereka yang pernah melakukan peristiwa penting dan mereka bisa. Sedangkan jumlah orang sepertiku masuk dalam kategori minoritas. Asumsinya adalah saat banyak orang bisa melakukan A sedangkan aku beserta orang-orang sepertiku tidak memilih A, bisa B, C, atau Z, maka ada yang perlu dikoreksi dalam diriku dikarenakan tidak umum.

2. Cinta harta di tengah-tengah orang-orang yang kurang harta terasa memilukan. Bisa jadi ada rasa iri dari si miskin, bisa jadi ada rasa nelangsa, meratap, atau pasrah dari kemiskinan yang diderita saat manakala si kaya dilihatnya menikmati kekayaannya. Ada iitsaar yang tercabik di sini. Si miskin sudah berusaha tapi rizkinya belum kunjung tiba. Di saat itulah ada zakat dari si kaya untuk si miskin dan 7 penerima zakat lainnya. Pedulikah? Ada yang peduli, tapi banyak juga yang tidak.

Wiradesa, 12 Mei 2015.

Tidak ada komentar: