Laman

Minggu, 07 Agustus 2011

MTs 45 WIRADESA; ZIG-ZAG KISAHKU SERI KE-3

Sumber:

Yang teringat dari guruku almarhum Pak Rifa’i adalah towel. Towel bagiku adalah krecek, sejenis makanan yang ginyel-ginyel yang kata orang terbuat dari kulit kerbau. Tentu saja arti towel itu keliru dalam bahasa Inggris. Towel adalah kata Inggris yang artinya handuk. Dari beliau lah aku tahu arti kata itu. Iya, beliau mengajar kelas kami pelajaran yang bagiku sulit, bahasa Inggris. Beliau mengajar kami dengan sabar dan diselipi humor agar kami tertarik. Pertanyaan yang mengagetkanku di saat tiba-tiba beliau mengucapkan kata tai. Walah guru kok bicara seperti itu, pikirku seketika. Namun akhirnya ku tahu, jangan samakan bahasa Inggris dengan bahasa Jawa atau Indonesia, mengucapkannya sama persis tapi artinya berbeda. Kadang mengucapkan kata yang jorok dalam bahasa Jawa, eee.. ternyata terhormat menurut Inggris. Coba perhatikan, beliau mengucapkan tai, ku pikir kata ini terdengar jorok menurut otak Jawa kalau diucapkan dengan keras dan jelas. Ternyata tidak jorok menurut Inggris, bahkan terhormat malah karena artinya dasi. Aksesoris itu kan dipakai oleh orang terhormat. Syukurlah rasa hormatku masih ada untuk almarhum Pak Rifa’i setelah mengetahui arti tai sebenarnya. Ternyata tai dalam Inggris itu tulisannya adalah tie yang artinya dasi. Hehehe.... Almarhum bagiku merupakan profil seeker knowledge sampai mati. Bagaimana tidak, beliau lulus dari program pascasarjana IAIN Walisongo Semarang dan berhak menyandang gelar S.2 dengan  predikat tertua. Ku tahu itu karena wisudanya bareng denganku saat aku menggondol gelar S.1 di almameter yang sama, Subhanallah, contoh yang baik bagi pencari ilmu dan bagiku.


Ada lagi guru yang feminin tegas. Itu tampak dari guratan wajah beliau. Bagiku Ibu guruku itu pelit senyum hehehe… Bahkan pernah berkomentar tegas, “Jangan mentang-mentang anak guru, dengan seenaknya tidak masuk tanpa membuat surat ijin.” Deg! Aku rada marah. Bisa-bisanya beliau –tidak hanya menyindir lagi tapi– menohok diriku. Tapi siapalah aku, ternyata beliau 100% benar, aku memang seperti itu. Maafkan salahku wahai Ibu Guruku. Yang paling mengagetkanku dari Guru al-Qur’an Hadits ku itu adalah saat beliau melafadhkan dengan fasih, jelas, dan nyaring ayat yang berbunyi, “Walaa tai asuu min rouhillaah.”… Lagi-lagi tai. Malah lebih parah lagi, anjing dalam bahasa Jawa juga diucapkan setelah kata tai, weleh-weleh. Apa-apan ini, bisa-bisanya beliau mengucapkan kata itu. Di depan kami lagi yang seharusnya tidak patut beliau selaku guru mengucapkan kata tidak sopan seperti itu. Kawanku ada yang senyum-senyum, ada yang tanpa ekspresi, ada yang batuk-batuk, ada yang melirik pacarnya, ada yang makan permen karet. Kalau aku ekspresinya, melongo, mangap, rada membelalak, untung tidak ngiler. Hatiku tidak ingin percaya tapi telingaku tidak bisa diajak kompromi, dua kata itulah yang terdengar jelas. Hahh..! Namun akhirnya dengan kalem tapi wajah tetap pelit senyum beliau menerangkan arti ayat itu, ”Janganlah engkau berputus asa atas rohmat Allah.” oooo, tapi penasaran arti tai asu itu apa ku simak penjelasan beliau selanjutnya arti kata perkata, wa la: dan janganlah, tai asuu: kamu berputus asa, min rouhillaah: atas rohmat Allah. Kali ini o-nya lebih panjang: oooooooooooooo, bunder. Itu tho artinya. Mudeng aku, ternyata Ibu Guruku tetap terhormat di hatiku. Tidak sejelek dugaan awalku. Beliau adalah Ibu Rodhiyah.

Insya Allah bersambung...

Tidak ada komentar: