Laman

Senin, 01 September 2014

Berpuasa apa ini..

Tanda ini jadi "reminder" buat saya sendiri sebagai manusia biasa yang kadang penuh khilaf
Sumber Gambar:
http://artyakinanthi.wordpress.com/2013/07/16/ramadhan-1434-h-hakekat-puasa-tidak-hanya-sekedar-menahan-lapar-dan-dahaga/


Malam 1 Ramadan.. terasa sunyi.. & hambar..

Berjingkat suka menerbangkan asa raih kasih sayang Tuhan atas datangnya bulan rahmah & maghfirah.. kecuali aku yang gagal suka..

Ibadah puasa nan sunyi semakin sunyi manakala kain telah luntur tercuci limbah, hilang pesonanya.. aku pun diam terpekur..

Tubuh ringkih ini tetap yakin akan bertahan hingga maghrib walau sebatas penuhi syarat & rukun.. aku pinta sebulan penuh..

Sedangkan sebagian tim sukses berkampanye sesuka hatinya, baik mutiara hingga kata durjana tanpa peduli puasa yang penting capresnya harus menang bahkan dengan kata seburuk apapun.. aku terpelanting lebur..

Berpuasa apa ini.. mulutnya kok memaki-maki.. mulutku pun terkunci..

Wiradesa, 28 Juni 2014

Boleh.. Tidak boleh.. Nyatanya..


Lampu lalu lintas ilustrasi
Sumber Foto:
http://www.solopos.com/2012/04/27/lalu-lintas-dishub-pasang-alat-pengurai-kemacetan-181564?mobile_switch=mobile


Aku boleh salah. Tapi aku tidak boleh bohong. Nyatanya aku pernah bohong.

Aku boleh sedih. Tapi aku tidak boleh putus asa. Nyatanya aku pernah putus asa.

Aku boleh suka. Tapi aku tidak boleh benci. Nyatanya aku pernah benci.

Aku boleh ingin. Tapi aku tidak boleh memaksa. Nyatanya aku pernah memaksa.

Aku (sangat) boleh rajin. Tapi aku tidak boleh (sangat) malas. Nyatanya aku pernah (sangat) malas.

Wiradesa, 24 Juni 2014.

NU & PANCASILA

Sumber Gambar:
http://celoteh-luthfi.blogspot.com/2011/06/khilafah-dalam-perspektif-aswaja.html

PANCASILA:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil & beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Deklarasi tentang Hubungan Pancasila dengan Islam hasil keputusan Muktamar 27 NU di Situbondo, sbb.:
1. Pancasila sebagai dasar & falsafah negara Republik Indonesia bukanlah agama, tidak dapat menggantikan agama & tidak digunakan menggantikan kedudukan agama,
2. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai dasar Negara Republik Indonesia menurut pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yang menjiwai sila-sila yang lain mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam Islam,
3. Bagi Nahdlatul Ulama, Islam adalah aqidah & syariah, meliputi aspek hubungan manusia dengan Allah SWT. & hubungan antar manusia.
4. Penerimaan & pengamalan Pancasila merupakan perwujudan dari upaya ummat Islam Indonesia untuk menjalankan syariat agamanya.
5. Sebagai konsekuensi dari sikap di atas, Nahdlatul Ulama berkewajiban mengamankan pengertian yang benar tentang Pancasila & pengamalannya yang murni & konsekuen oleh semua pihak.

Sumber: K.H. Abdul Muchith Muzadi, Mengenal Nahdlatul Ulama, cetakan keempat, Surabaya: Khalista, 2006, hlm. 38-40.

Wiradesa, 2 Juni 2014.

NASIHAT GUS MUS YANG AKU TANGKAP. HAP!



Sejumput ilmu yang inyong tangkap dari nasihat Gus Mus di malam Isra` Mi'raj, 26-5-2014, di Masjid Al Muhtaram Nyamok Kajen Kab. Pekalongan:
Hubbuddunya ra'su kulli khati'atin. Itulah perilaku para koruptor.. Jangan berlebihan mendukung capres.. Tidak usah saling menghujat calon lain. Apa tidak cukup mengungkapkan kelebihan capres yang didukungnya saja?.. Ayo shalat, urip mung mampir ngombe, mung nyebrang dalan.. Ketemu menteri & presiden saja seneng, apalagi Nabi sewaktu mi'raj dulu ketemu Presiden 4x nya presiden, Allah. Takjub.

Allahu Akbar itu tidak semata Allah Maha Besar, sebesar apa? Allah itu paling gede sendiri. Ngapain kita sombong? Apa bisa kita mengecilkan ego kita. Nyilik'o maring Gusti Allah & makhlukNya.

Kritik Gus Mus, ada sebagian pendakwah yg mengajaknya dengan paksaan & menakut-nakuti. Mengajak itu membujuk. Tirulah persis seperti Nabi, ramah dalam dakwah, tidak hanya kepada sesama muslim tapi juga kepada ghairul muslim.
[K.H. A. Mustofa Bisri / Gus Mus].

#Gus_Mus#

Wiradesa, 27 Mei 2014.

21 Mei 1998; Menolak & Melawan Lupa

Sumber Foto:
http://www.katailmu.com/2011/01/sejarah-reformasi-1998.html


21 Mei 1998, jam 09.00 WIB, aku tonton di TV, Pak Harto, Presiden RI saat itu, mengumumkan pengunduran dirinya dari presiden. Usiaku saat itu 17 tahun & masih bermadrasah di MAS Simbangkulon. Tak ada tangis kala itu, Pak Harto yang aku kenal sangat kuat tumbang juga di tangan rakyat & mahasiswa sebagai motornya. Ya, aku ingat, perjuangan menurunkan Pak Harto membutuhkan nyawa sebagai tumbalnya. Bagaimana aku bisa lupa akan kasus Tri Sakti & Semanggi? Aku tak akan lupa. Aku #MenolakLupa #MelawanLupa. Dulu aku kaget karena Pak Harto mengundurkan diri. Sekarang aku menangis karena korban reformasi 1998, pelakunya yang diadili & dihukum hanya kroco-kroconya. Sedangkan otak pelakunya, bebas tanpa pernah diadili. Sebagai bangsa, memaafkan iya, tapi melupakan tidak! 

Wiradesa, 21 Mei 2014.

Tulisan #yak_nah tenan iki

Sumber Gambar:
http://default.tabloidnova.com/microsite/grafologi/suratDetail.php?ID=270











Segala yang aku tutupi, ada yang terbuka.

Memantaskan diri dengan yang aku buka.

Segala masukan & kritikan aku dengarkan.

Tidak semua masukan & kritikan aku praktikkan.

Semua tentangmu aku ingin tahu.

Tidak semua tentangmu aku sepakat.

Aku memaknai sebagai akhlak, bila diam kepada sesepuh.

Bukan karena sepakat, tapi menghargai kesepuhannya.

Aku memakai topeng saat berinteraksi dengan orang lain.

Kepadamu, topengku aku buka setransparan mungkin.

Ini bukan hipokrit.

Ini adalah #modus, hehe..

Oh ya, sukalah segala hal sewajarnya.

Bencilah segala hal juga sewajarnya.

Agar kecewanya tidak terlalu bila tersakiti.

Agar bisa suka bila benci itu dihapus.

Tulisan #yak_nah tenan iki.

Wiradesa, 16 Mei 2014

Kawan macam apa aku ini?

Sumber Foto:
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10202074810666339&set=a.1037700557307.5709.1669299435&type=3&theater

Aku bertemu kamu kawan, maaf aku tidak menyenangkanmu. Sebisa mungkin aku bersikap baik kepadamu dengan segala keterbatasanku. Baikku karena aku butuh bantuanmu. Saat aku butuh kamu selalu ada membantuku. Tapi aku tidak selalu membantumu saat kamu membutuhkan bantuanku. Kawan macam apa aku ini? Kawan kok di saat butuh saja. Sungguh buruk sikap & tindakanku atasmu. Tapi kamu mulia kawanku. Berkali-kali aku mengecewakanmu, bahkan tidak meminta maaf padamu, tapi berkali-kali pula kamu masih saja sudi membantuku. Engkau jauh dari kata hitung-hitungan dalam berkawan. Aku malu padamu kawanku. Betapa engkau mempraktikkan ajaran Nabi dengan sempurna dalam perkawanan. Sedangkan aku, jauh dari kata kawan yang baik untukmu. Allah meridloimu, kawanku. Engkau layak mendapat pahala dariNya.

Wiradesa, 4 Mei 2014.

RUSAK SUSU SEBELANGA


Sumber Foto:
http://trijayafmplg.net/berita/2010/03/penebangan-liar-merajalela-di-sumsel/

Kesalahan (sebagian) manusia yang merusak bumi di darat, laut, & udara. Semakin panasnya udara & teriknya matahari bertambah-tambah, itu akibat ulah tangan (sebagian) manusia.

Hutan ditebangi, buangan gas kendaraan kecil & besar, penggunaan perangkat elektronik perusak ozon secara eksesif, dst.

(Sebagian) manusia yang merusak bumi & alam tapi yang menanggung akibatnya adalah tidak hanya manusia, tapi seluruh makhluk hidup. Yaa Salaam, setitik nila, rusak susu sebelanga.

Wiradesa, 28 April 2014