 |
| Sumber Foto:http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/11/biografi-bu-muslimah-sosok-guru-teladan.html |
1. Pendidik umat manusia nomor satu adalah Nabi Muhammad SAW. Tidak ada keraguan sedikitpun bahwa beliau adalah Guru Super Teladan Seluruh Alam. Beliau tidak hanya memerintahkan kebaikan tapi melakukan juga apa yang diperintahkan. Keteladanan tanpa basa-basi apalagi manipulasi. Tidak hanya di bibir saja tapi dapat dilihat dan ditiru oleh umatnya. Luar biasa.
2. Keteladanan pendidik sangat penting. Jika pendidik mengajak kebaikan tapi perilaku pendidik itu justru menunjukkan sebaliknya yaitu berbuat keburukan maka dapat dipastikan tidak akan efektif pendidikan tersebut. Peserta didik mencontek barangkali karena ada pengaruh perilaku koruptif pendidik yang walaupun berusaha mati-matian ditutupi, tapi tetap dapat dilihat bahkan ditiru oleh peserta didik.
3. Sehingga pendidikan sebaik apapun tapi nihil keteladanan dari pendidik akan menghasilkan perilaku buruk peserta didik. Ideologi pendidikan hanya sebatas ideologi –yang sayangnya hanya ideologi cair– yang menghasilkan perilaku cair negatif. Tapi tentu saja masih ada pendidik teladan. Hanya saja pendidik baik itu tertutup oleh ulah oknum pendidik buruk.
4. Inilah mengapa kurikulum belum bisa dilaksanakan secara efektif. Kurikulum berhenti di tataran konsep utopis di atas meja karena para praktisi pendidikan lebih banyak menjalankan pola minim keteladanan. Pendidikan karakter dengan pendidik non-berkarakter maka menghasilkan peserta didik non-berkarakter. Pendidik harus berubah/hijrah dari pola jadul menuju pola keteladanan nyata tanpa minteri tapi memberitahu yang tidak sebatas di bibir saja atau dengan memberi keteladanan bagi peserta didik. Pendidik tidak hanya memerintahkan kebaikan tanpa pernah melakukan yang diperintahkan. Namun pendidik semestinya melakukan kebaikan yang diperintahkan bersama-sama –sekali lagi– bersama-sama peserta didik.
5. Semoga inyong bisa mulai dari diri sendiri untuk hijrah/berubah dari asal perintah minim teladan menuju lakukan kebaikan bersama-sama peserta didik yang inyong ajak melakukan kebaikan. Aamiin
#hanya kepada Allah, inyong minta pertolongan#
2. Keteladanan pendidik sangat penting. Jika pendidik mengajak kebaikan tapi perilaku pendidik itu justru menunjukkan sebaliknya yaitu berbuat keburukan maka dapat dipastikan tidak akan efektif pendidikan tersebut. Peserta didik mencontek barangkali karena ada pengaruh perilaku koruptif pendidik yang walaupun berusaha mati-matian ditutupi, tapi tetap dapat dilihat bahkan ditiru oleh peserta didik.
3. Sehingga pendidikan sebaik apapun tapi nihil keteladanan dari pendidik akan menghasilkan perilaku buruk peserta didik. Ideologi pendidikan hanya sebatas ideologi –yang sayangnya hanya ideologi cair– yang menghasilkan perilaku cair negatif. Tapi tentu saja masih ada pendidik teladan. Hanya saja pendidik baik itu tertutup oleh ulah oknum pendidik buruk.
4. Inilah mengapa kurikulum belum bisa dilaksanakan secara efektif. Kurikulum berhenti di tataran konsep utopis di atas meja karena para praktisi pendidikan lebih banyak menjalankan pola minim keteladanan. Pendidikan karakter dengan pendidik non-berkarakter maka menghasilkan peserta didik non-berkarakter. Pendidik harus berubah/hijrah dari pola jadul menuju pola keteladanan nyata tanpa minteri tapi memberitahu yang tidak sebatas di bibir saja atau dengan memberi keteladanan bagi peserta didik. Pendidik tidak hanya memerintahkan kebaikan tanpa pernah melakukan yang diperintahkan. Namun pendidik semestinya melakukan kebaikan yang diperintahkan bersama-sama –sekali lagi– bersama-sama peserta didik.
5. Semoga inyong bisa mulai dari diri sendiri untuk hijrah/berubah dari asal perintah minim teladan menuju lakukan kebaikan bersama-sama peserta didik yang inyong ajak melakukan kebaikan. Aamiin
#hanya kepada Allah, inyong minta pertolongan#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar